Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Wanita dan Kusta, Kisah Yuliati Berjuang Sebagai OYPMK

“Aku harus lebih baik dari orang lain” - Yuliati, OYPMK perempuan &  ketua PerMaTa SulSel

Dalam hidup seorang Yuliati, tak pernah terbesitkan kalau dirinya akan terkena penyakit yang disebut Kusta.  Sebuah cobaan yang tak terbayangkan dalam hidupnya sebelumnya. Sosoknya yang bertekad harus bisa lebih baik ini ingin menyampaikan kepada banyak orang dan  melawan stigma serta anggapan buruk yang melekat pada penyandang kusta.

Melalui PerMaTa,Yuliati ingin membuka pintu hati dan pikiran semua orang untuk menerima dan memahami bahwa OYPMK adalah manusia yang layak mendapat kasih sayang dan penghargaan juga perlakuan yang sama dengan orang biasa.

Wanita dan Kusta

Wanita adalah makhluk yang sangat perhatian dengan penampilan dan tubuh mereka. Namun bagaimana jadinya jika seorang wanita mengidap penyakit Kusta yang notabene meninggalkan jejak di tubuh mereka?

ini adalah kisah Yuliati, wanita asal Kabupaten Takalar, Sulawesi selatan yang juga menjadi ketua PerMaTa SulSel menceritakan kehidupannya sebagai penderita Kusta.

Dalam Talkshow Ruang Publik KBR bertema “Wanita dan Kusta” yang didukung oleh NLR Indonesia, Yuliati menceritakan bagaimana awal mula ia menjadi OYPMK.

Tahun 2011, awal tahu kalau dirinya mengalami kusta. Yuliati membutuhkan  waktu 1 tahun untuk meyakinkan dirinya dan memastikan bercak kecil dan mati rasa di ibu jari kakinya adalah kusta.

Saat itu, Yuliati menyembunyikan fakta dari keluarganya, bahwa dirinya terkena kusta. Bahkan Yuliati sempat menghentikan kuliahnya lantaran takut.

Sampai akhirnya Yuliati menceritakan kepada kakak Iparnya tentang kondisinya yang sebenarnya. Kakak Ipar-nyalah yang akhirnya membantunya pergi ke puskesmas untuk memeriksakan diri dan menjalani pengobatan dengan rutin minum obat selama 1 tahun.

Sebenarnya, apa sih Kusta itu?

Kusta, juga dikenal sebagai lepra, adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini umumnya mempengaruhi kulit, saraf, dan bagian tubuh lainnya. 

Gejala kusta termasuk bercak kulit, kerusakan saraf, dan terkadang gangguan pada mata, hidung, dan organ-organ lain. Kusta dapat menyebar melalui kontak langsung dengan penderita yang belum diobati, tetapi dengan perawatan medis yang tepat serta konsisten minum obat, penyakit ini dapat disembuhkan. 

Benarkah Kusta itu menular?

Seperti yang sudah saya jelaskan diatas, Kusta adalah salah satu penyakit yang menular namun paling tidak menular. Karena penularan kusta ini membutuhkan waktu yang lama dan intens. Selain itu, faktor imun tubuh, kebersihan juga sangat mempengaruhi penularan kusta.

Seperti kasus Yuliati, ia terkena kusta karena tertular oleh saudara sepupunya. Saat itu, sepupunya yang sering merantau memiliki gejala kusta, karena kurangnya edukasi dan pengetahuan tentang kusta, sepupunya tersebut tidak menjalani pengobatan yang tepat.

Karena kedekatan dengan sang sepupu serta imun tubuh yang buruk yang Yuliati miliki, Akhirnya kusta menular kepada dirinya.

Stigmatisasi Kusta di Kalangan Masyarakat

Salah satu aspek penting dalam mengatasi kusta adalah menghilangkan stigma dan diskriminasi terhadap penyandang kusta, karena penyakit ini sering kali menjadi penyebab isolasi sosial yang tidak seharusnya.

Banyaknya stigma buruk tentang kusta membuat OYPMK akhirnya memilih untuk diam. Begitupun dengan mbak Yuliati, ia sempat menarik diri bahkan sempat ingin mengakhiri hidupnya karena begitu banyak stigma dan mitos-mitos tentang kusta yang membuat mbak Yuliati merasa takut.

Namun dengan banyak membaca dan mencari informasi yang benar tentang kusta, serta melakukan pengobatan di puskesmas, akhirnya mbak Yuliati bisa bangkit kembali. Apalagi kini Mbak Yuliati menjadi Ketua PerMaTa SulSel (Sulawesi Selatan).

Apa itu PerMaTa 

PerMaTa (Perhimpunan Mandiri Kusta) adalah sebuah organisasi dari dan untuk orang yang pernah mengalami kusta. PerMata sendiri memiliki banyak cabang yang tersebar di seluruh Indonesia salah satunya adalah di Sulawesi Selatan tempat Mbak Yuliati tinggal.

Di beberapa daerah di SulSel masih banyak penderita kusta yang masih malu karena stigma masyarakat membuat OYPMK tidak berani mengungkapkan bahwa dirinya terkena kusta.

Oleh karenanya, sosialisasi terus diberikan oleh PerMaTa kepada masyarakat melalui  sekolah-sekolah, media sosial termasuk juga di radio. Dukungan petugas kesehatan dan pemerintah setempat membuat PerMata dalam mensosialisasikan tentang penyakit kusta.

Meskipun beberapa kali atau bahkan sering mbak Yuliati ini dianggap sebagai sales/penjual barang tertentu.

Kesimpulan

Menghilangkan stigmatisasi dan mitos buruk di kalangan masyarakat ini tidak bisa dilakukan oleh pemerintah maupun komunitas tertentu sendiri. Harus ada kerjasama dan dukungan dari petugas kesehatan, pemerintah setempat dan tentunya masyarakat demi mewujudkan lingkungan  yang lebih inklusif.

Seperti yang Mbak Yuliati utarakan

“Penularan kusta terjadi karena ada sumber penularan, daya tahan tubuh menurun serta kontak lama dan erat dengan penderita kusta. dari 100 orang yang terpapar, hanya 5 orang yang terkena sedangkan yang butuh pengobatan hanya 2 orang, yang 3 orang bisa sembuh sendiri karena daya tahan tubuh yang baik.

Bagi orang yang terkena kusta, tetap lanjutkan pengobatan jangan pernah putus, jika mengalami reaksi, segeralah mendatangi faskes seperti puskesmas untuk mendapatkan penanganan yang tepat”

Kita pasti bisa! Sambung mbak Yuliati

Dari pengalaman Mbak Yuliati, saya bisa menyimpulkan bahwa menjelaskan keadaan kita tentang mengalami kusta yang sebenarnya kepada orang lain itu penting adanya. 

“Dan terimakasih atas dukungan NLR indonesia untuk melatih teman-teman PerMaTa menjadi tim penyuluh di beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan, lanjut mbak Yuliati.”

NLR Indonesia sendiri adalah sebuah yayasan nirlaba dan non-pemerintah yang memusatkan kerjanya pada penanggulangan kusta dan konsekuensinya di Indonesia. NLR Indonesia memiliki tujuan menjadikan kerja-kerja organisasi menjadi lebih efektif dan efisien menuju Indonesia bebas dari kusta.


Joni Pranata
Joni Pranata Seorang Sarjana Sistem Informasi di STMIK Amikom Jogjakarta. Content Writer, Youtuber, Animator, dan Blogger--sejak 2009

Posting Komentar untuk "Wanita dan Kusta, Kisah Yuliati Berjuang Sebagai OYPMK"